Kenapa Privacy dan Keamanan Harus Jadi Fokus di Zaman Big Data
defendyourhomenow.com – Zaman big data sudah bawa revolusi besar dalam beragam bidang, tapi bersamaan dengan faedahnya, ada rintangan serius berkaitan keamanan dan privacy. Artikel dengan judul Privasi and Security in the Big Data Paradigm yang dicatat oleh Zhaohao Sun, Kenneth David Strang, dan Francisca Pambel (2018) menyorot begitu kompleksnya rumor ini pada era big data. Dalam riset mereka, penulis ajukan mode Boolean untuk mengelompokkan dan menganalisa imbas privacy dan keamanan yang didorong dengan karakter big data seperti volume, kecepatan, macam, dan veracity (kebenaran data). Big data, dengan nilainya yang masif, memacu kenaikan dampak negatif pada privacy pribadi dan keamanan data, khususnya dalam beberapa sektor peka seperti perawatan keuangan dan kesehatan.
Berdasar laporan dari IDC, di tahun 2025, volume data global diprediksikan capai 175 zettabytes, bertambah mencolok dari 33 zettabytes di tahun 2018. Volume sebesar ini menuntut peningkatan tehnologi lebih hebat untuk pastikan data itu aman dari teror pelanggaran privacy dan peretasan. Bukti lain dari riset Sun et al. (2018) memperlihatkan jika cuma 2% dari semua publisitas berkaitan big data yang langsung mengulas privacy dan keamanan, mengisyaratkan jika walaupun penting, topik ini kerap kali diacuhkan.
Dengan pergerakan perubahan tehnologi yang cepat sekali
peraturan seperti General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa jadi makin penting untuk pastikan jika pelindungan privacy searah dengan pengembangan tehnologi. Di sini, perusahaan bukan hanya dituntut untuk menaati ketentuan, tapi harus juga pro aktif saat mengurus keamanan data besar yang mereka urus.
Permasalahan privacy dan keamanan pada era big data bukan hanya jadi perhatian pribadi, tapi juga perusahaan dan pemerintahan. Artikel Zhaohao Sun et al. (2018) memperlihatkan jika dengan besarnya volume data, rintangan privacy makin kompleks, khususnya di beberapa sektor seperti kesehatan, di mana data peka pasien bisa secara gampang disalahpergunakan. Untuk contoh, gempuran ransomware seperti WannaCry di tahun 2017 mengakibatkan kerusuhan di National Health Servis (NHS) Inggris, menunjukkan jika mekanisme yang tidak diproteksi baik dapat rawan pada teror keamanan. Lebih dari 40 organisasi service kesehatan terimbas, operasi diurungkan, dan akses ke data pasien terhalang. Ini jadi pelajaran penting jika tanpa pelindungan yang ideal, data besar bisa memunculkan musibah.
Penulis artikel ini ajukan mode Boolean yang bisa menolong perusahaan pahami jalinan di antara privacy, big data, dan keamanan. Mode ini memberi pandangan mendalam mengenai bagaimana tiap komponen sama-sama berkaitan dan memperlihatkan jika dampak negatif bukan hanya tiba dari gempuran external, tapi juga dari kekeliruan intern dalam pengendalian data. Data dari IBM memperlihatkan jika 60% pelanggaran data sebetulnya disebabkan karena kekeliruan manusia atau ketidakberhasilan intern, memperjelas keutamaan peraturan privacy yang kuat dan training untuk staff untuk kurangi dampak negatif kebocoran data.
Dalam kerangka usaha, kekuatan rugi karena pelanggaran privacy tidak dapat diremehkan
Menurut riset oleh Ponemon Institute (2020), rerata ongkos pelanggaran data di penjuru dunia capai $3,86 juta, dengan bidang perawatan kesehatan alami ongkos paling tinggi per kejadian, yaitu sekitaran $7,13 juta. Ini mengutamakan jika keamanan data bukan hanya berpengaruh pada pelindungan privacy pribadi, tapi juga kestabilan rekam jejak perusahaan dan keuangan. Riset Sun et al. (2018) menggarisbawahi jika perusahaan kerap kali terjerat dalam masalah di antara mengoptimalkan keuntungan lewat analitis big data dan jaga privacy pemakai. Contohnya, perusahaan seperti Facebook dan Google memakai data pemakai untuk tingkatkan service dan personalisasi, tapi di saat yang masih sama, mereka hadapi kritikan dan perlakuan peraturan karena menyalahi privacy individu.
Tehnologi seperti evaluasi mesin (machine learning) dan kepandaian bikinan (AI) makin meluaskan kekuatan perusahaan saat menganalisa data, tapi mereka buka sela baru untuk pelanggaran privasi. Pemakaian algoritme yang makin hebat untuk memprofilkan sikap pribadi, sama seperti yang dilaksanakan oleh perusahaan asuransi dan marketing, memunculkan kekuatiran jika data pemakai bukan hanya disalahpergunakan untuk maksud komersil, tapi juga mempunyai potensi diakali oleh faksi ke-3 yang tidak bertanggung jawab. Disini GDPR jadi signifikan, memberi batas yang terang mengenai bagaimana data harus dihimpun, dipakai, dan diletakkan.
Walaupun artikel berikut menyorot perubahan yang krusial dalam pelindungan privacy dan keamanan, ada banyak yang penting dilaksanakan. Riset Sun et al. (2018) memperlihatkan jika beberapa riset mengenai privacy dan keamanan di big data baru diawali sesudah 2011, dan sampai sekarang cuma sekitaran 2% dari semua riset yang secara eksklusif menyorot rumor ini. Ini memperlihatkan pentingnya semakin banyak riset dalam untuk menangani sela yang terdapat, khususnya saat hadapi volume data yang tetap meningkat.
Pada era big data, privacy dan keamanan tidak lagi opsi, tapi keperluan yang mendesak
Artikel Privasi and Security in the Big Data Paradigm kreasi Zhaohao Sun et al. (2018) menyorot rintangan yang ditemui perusahaan dan pribadi saat membuat perlindungan data personal di tengah-tengah perubahan tehnologi yang pesat. Dengan teror seperti gempuran cyber dan kekeliruan intern, penting untuk perusahaan untuk adopsi peraturan privacy lebih ketat dan tehnologi keamanan lebih maju. Disamping itu, peraturan seperti GDPR tetap harus diperkokoh dan diaplikasikan dengan global supaya seluruh pihak bisa pastikan data mereka aman dari penyimpangan.
Implementasi dari riset ini terang: perusahaan yang tidak serius tangani privacy dan keamanan data beresiko kehilangan keyakinan public dan hadapi rugi keuangan yang signifikan. Di zaman di mana data ialah asset yang benar-benar bernilai, melindunginya ialah tanggung-jawab bersama. Dengan manfaatkan mode dan sistem yang disampaikan dalam riset ini, perusahaan bisa kurangi dampak negatif dan membuat mekanisme keamanan lebih kokoh.